Klinik kesehatan biasanya digunakan untuk mencegah kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang. Namun, kini muncul fenomena baru di mana banyak remaja berisiko terbawa arus dunia maya, sehingga tidak mampu mengendalikan diri dan sering ‘absen’ di kehidupan nyata.
Hal ini menjadikan makin maraknya lembaga kesehatan yang membantu anak-anak yang kecanduan game. Bukti terbaru soal tingginya perkembangan bisnis ini ialah saat peluncuran video game Halo: Reach pada 14 September lalu.
Menurut perintis Layanan Ketergantungan Teknologi pada Remaja di Capio Nightingale Hospital London, Dr. Richard Graham, pola ketergantungan ini memiliki perilakuyang khas. “Dunia remaja seringkali menciptakan tekanan sehingga keberadaan game menawarkan tempat perlindungan,” kata Graham.
Tidak hanya itu, game online menawarkan pada pemainnya sebuah bentuk komunikasi antarpribadi, sehingga menciptakan kehidupan kedua yang lengkap dalam lingkungan game.
“Di permainan online, Anda seringkali menemukan semacam kelompok atau perserikatan. Remaja memang sangat berkelompok dan suka memilih geng,” ujar Graham lagi.
Berbahayanya, beberapa kelompok ini sangat menuntut waktu yang harus dicurahkan kepada mereka. Dengan bermain game, maka tampak memiliki kesempatan memperpanjang waktu, jelas Graham.
Individu menjadi sangat tergantung sehingga sulit membebaskan diri. Orang tua yang berusaha memaksa anak mereka berhenti bermain game seringkali melakukan tindakan agresif, karena mereka telah begitu putus asa untuk menarik anak mereka dari komputer.
Salah satu pasien Graham bahkan mengancam akan melukai diri sendiri saat konsol game miliknya rusak. “Dia sangat cemas karena tidak dapat mengakses permainan ini,” kata Graham.
Fenomena tersebut merupakan reaksi yang sama seperti pecandu yang tidak mendapat mengkonsumsi heroin. Saat putus asa, menurut Graham, pecandu akan melakukan tindakan yang sangat menyedihkan. Meskipun remaja pria tampak lebih berisiko kecanduan game, perempuan juga terkena dampak yang sama dari dunia virtual.
Kate Flanegan, 24 tahun, asal North Shields misalnya. Ia menghabiskan 70 jam dalam satu minggu untuk mengakses game online dari situs jejaring sosial, Facebook. Perempuan ini mengaku kecanduan, sama seperti merokok.
“Saya tahu bahwa merokok tidak baik buat tubuh, sama seperti bermain game. Tapi saya tidak pernah lelah untuk melakukannya karena saya sangat menikmati.” Flanegan mengakui bahwa saat ia berhenti bermain game, ia merasa sangat cemas.
Berdasarkan penelitian, sekitar 5-10% dari 46,5 juta pengguna internet di Inggris mengalami kecanduan komputer. Namun pembuat game menilai game online sama sederhananya dengan materi hiburan lain seperti buku dan televisi. Perilaku terobsesi bermain game terus-menerus dianggap karena masalah yang lebih rumit.
Direktur perusahaan video game dan hiburan interaktif UKIE, Michael Rawlinson mengatakan bahwa bermain game merupakan hobi yang sama seperti membaca atau berolahraga.
“Game berasal dari bagian gaya hidup yang sehat dan aktif. Ini membantu para pemain untuk mengembangkan kemampuan sosial. Bermain game olahraga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan keuntungan kesehatan umum lainnya,” kata Rawlinson
No comments:
Post a Comment