Seperti yang dikutip dari ST, para ahli mengatakan bahwa ke depan restoran di seluruh dunia bakal menggunakan teknologi DNA terbaru untuk meyakinkan perlindungan bagi pelanggan, bahwa mereka disajikan menu yang tepat, tidak tertukar dengan menu lain.
Sejak Oktober, pihak United States Food and Drug Administration secara resmi menyetujui teknologi barcode DNA, untuk mencegah salah pelabelan pada makanan.
Selain itu, pihak-pihak regulator makanan di seluruh dunia kini juga sedang mempertimbangkan penggunaan teknologi barcode DNA tersebut.
David Schindel, seorang paleontolog dari Smithsonian Institution, mengatakan bahwa saat ini ia mulai berunding dengan pihak industri restoran dan pensuplai seafood, mengenai penerapan teknologi tersebut.
No comments:
Post a Comment