Plus Cerita Unik tentang Dawet Jabung Ponorogo
Ah.. Kali ini saya mulai posting sambil badan kedinginan selepas kehujanan saat pulang touring menapaktilasi ziarah. Saya, Gajah Pesing, dan Arai meluncur ke kota Ponorogo sambil rehat di banyak kota di Jawa Timur. Hehe.... Sembari mengisi waktu libur akhir pekan dan karena ada momen yang tepat akhirnya kami bertiga berangkat menuju kota yang terkenal dengan kesenian Reog itu.
Di Ponorogo, kami sempat menikmati suasana ramah kota kecil nan banyak para warok. Kota yang nyaris mengantar ingatanku untuk membayangkan keramahan kotaku tercinta yang hanya berjarak puluhan kilometer dari Ponorogo, Trenggalek. Hehehehe.... Karena kultur dan bahasa yang digunakan nyaris tak beda jauh... Jah... Kangen Trenggalek....!
Kami bertiga memang merencanakan untuk berkumpul bersama bersama para blogger warok dan warokwati dari Komunitas Blogger Ponorogo, KotaReyog.Com pada hari Sabtu Malam dan Minggu pagi. Kebetulan pada Minggu pagi itu ada agenda Yu Darmi (untuk kali pertama), atau dalam kamus TPC adalah JMP (Jogging Minggu Pagi / Janjian Makan Pagi). Sabtu malamnya kami nongkrong menikmati sajian angkringan ala Ponorogo di Dalan Anyar (=jalan baru).
Dan betul saja, agenda acara diisi dengan jogging dan olahraga (seperti bisa dilihat pada gambar di atas) di seputaran taman GOR Singodimedjo dan lantas janjian makan Sego Pecel khas Ponorogo. Halah... Berikutnya warung Dawet Jabung Mbah Sumini menjadi jujugan untuk menghilangkan dahaga sekaligus berwisata kuliner.
Kami pun akhirnya paham tentang mitos unik dan menggelitik tentang Dawet Jabung, yakni cara penjual menyajikan Dawet Jabung kepada pembeli. Jadi, penjual Dawet Jabung (yang kebanyakan wanita muda cantik) akan menyodorkan dawet Jabung dalam mangkok di atas lepek (piring kecil).
Nah, bila pembeli (pria) mengambil mangkok beserta lepeknya dan si penjual mengizinkan berarti si penjual rela untuk 'ber-ehem-ehem' dengan si pembeli. Jika pembeli nekad mengambil mangkok plus lepeknya, maka ini menandakan bahwa si pembeli juga mau 'membeli' si penjualnya. Woalah ternyata begitu to?? Wkwkwk..
Di sela-sela minum dawet Jabung (minum apa makan sih?), saya tergelitik melihat posisi sendok yang tertelungkup ketika dawet Jabung telah tandas. "Mengapa kok posisi sendok atau garpu harus ditelungkupkan saat selesai makan?" tanyaku. "Hm, apa ya, memang etikanya kan seperti itu kalau makan?".
Ya, memang etika makan atau tata cara makan (table manner) yang baik memang seperti itu. Sendok dan garpu yang tertelungkup artinya tidak ingin menambah kembali. Jika sendok garpu telentang maka ini artinya adalah ingin tambah lagi. Hehe.
Rasa-rasanya ini analog dengan menambah 'jatah' di ranjang kekeke..... Bila pasangan (wanita) telentang usai bercinta maka artinya ia minta tambah lagi, dan bila telungkup berarti sudah tidak ingin ada perpanjangan waktu bercinta alias stop lanjut ke ronde berikutnya. Wkwkwkwkwk....
Ohya, sudah tahu budaya makan orang Arab Saudi?? Cek disini!
Gambar hasil googling dan nyadap punya mendol, Dion dan kotareyog
No comments:
Post a Comment