Datang, Salaman, Basa-Basi, Duduk, Makan, Kenyang, dan Pulang
Ada yang unik di Trenggalek, tepatnya di kecamatan Durenan. Durenan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Kota Durenan ini terletak persis di tengah-tengah antara jalan raya yang menghubungkan kota Trenggalek dengan Tulungagung. Terletak 17 km dari Trenggalek, dan 17 km dari Tulungagung. Gampang sekali menjangkau kota Durenan. Anda bisa naik bus atau angkutan umum lainnya dari Trenggalek maupun Tulungagung.
Durenan ini terkenal dengan kota santri dan terdapat pondok pesantren yang cukup dikenal. Asal kata Durenan ini menurut sejarahnya berasal kata dari duren atau durian. Entah, mungkin jaman dulu kita bisa menemukan dengan mudah durian ini tumbuh di Durenan... Hehe.. Mungkin...
Di Durenan, lebaran ketupat selalu menjadi tradisi yang lebih meriah dan ramai dibandingkan dengan lebaran Idul Fitri 1 Syawal. Lebaran ketupat - orang Jawa sering menyebutnya dengan lebaran syawal, syawalan atau kupatan - merupakan tradisi turun-temurun yang hingga sekarang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Durenan, Trenggalek. Bahkan, Lebaran Ketupat Durenan ini menjadi salah satu objek pariwisata kuliner, religi, dan hiburan pada saat idul fitri.
Berikut ini sejarah lahirnya tradisi Lebaran Ketupat di Trenggalek, saya kutip dari website Pariwisata Trenggalek:
Tradisi Hari Raya Ketupat di Kecamatan Durenan berawal dari kebiasaan seorang ulama setempat yang hidup sekitar abad XIX. Saat itu, setelah melaksanakan Sholat Ied, seperti tradisi pada umumnya, warga Durenan saling bersilaturahmi. Lepas tanggal 1 Syawal, mereka melaksanakan puasa sunah selama enam hari, yaitu tanggal 2 sampai 7 Syawal. Usai puasa sunah tersebut pada hari ketujuh, mereka mengadakan perayaan ketupat atau lazim disebut dengan "Bada Ketupat atau Kupatan".
Dalam perayaan tersebut, para ulama setempat mengadakan silaturahmi ke Trenggalek untuk menghadap Bupati yang saat itu lazim dipanggil "Ndoro Kanjeng". Pada saat itu sudah menjadi kebiasaan bagi Penguasa Trenggalek bahwa Ndoro Kanjeng mengadakan semacam Open House pada Hari Raya Idul Fitri ke-tujuh. Konon sebagai oleh-oleh dari Durenan, para tamu mempersembahkan ketupat kepada Ndoro Kanjeng.
Tradisi ini terus berlanjut sampai sekarang dan dari tahun ke tahun pelaksanaannya semakin meriah. Semua tamu, baik sudah kenal atau belum, akan memperoleh hidangan ketupat setiap bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Durenan.
Lebaran ketupat ini dilaksanakan setiap hari ke-delapan di bulan syawal. Lebaran ketupat ini merupakan wujud apresiasi masyarakat Durenan setelah mereka berhasil menunaikan puasa sunnah enam hari selama bulan Syawal. Mereka menjalankan puasa Syawal mulai dari tanggal 2 Syawal hingga tanggal 7 Syawal. Nah, pada 8 Syawal diadakan lebaran ketupat. Kurang lebih ada delapan desa yang merayakan lebaran ketupat ini di Durenan. Masing-masing adalah desa Durenan, Kendalrejo, Semarum, Pakis, Sumbergayam, Ngadisuko, Pandean, dan Kamulan.
Pada saat lebaran ketupat, siapa saja yang datang dan bertamu ke Durenan akan disambut dengan aneka makanan dengan sajian ketupat. Ketupat yang disajikan bagi para tamu itu biasanya dihidangkan lengkap beserta sayur dan lauk-pauknya. Sayur bisa berupa opor ayam, dan sayur lodeh. Sayur lodeh yang umumnya disajikan berupa lodeh nangka maupun lodeh kacang panjang, bisa juga lodeh jenis lain. Tinggal pilih saja.
Di desa tersebut saat hari raya kupatan, setiap rumah memang menyediakan makanan 'gratis' berupa ketupat. Nah, semua makanan tersebut pada dasarnya disajikan 'gratis' untuk para tamu, tak perduli tamu yang datang itu dikenal maupun tidak dikenal. Pokoknya tamu-tamu itu berhak dan bahkan wajib diberikan 'sajian makanan gratis' berupa ketupat dan aneka sayurnya itu. Mak nyus deh!!!
Kalau dulu orang yang datang kebanyakan dikenal, sekarang kebalikannya. Banyak sekali orang yang tak dikenal datang ke Durenan, Trenggalek. Mereka datang hanya untuk mencicipi sajian makanan 'gratis' yang dihidangkan secara cuma-cuma untuk para tamu. Makan-makan!!
Para tamu yang datang kebanyakan dari kabupaten di sekitar Trenggalek. Mereka datang dari Kabupaten Kediri, Tulungagung, Blitar, Ponorogo, atau bahkan dari Surabaya, dan kabupaten maupun propinsi lain. Ini bisa dilihat dari variasi plat nomer kendaraan yang menyerbu Trenggalek.
Akibatnya bisa ditebak, setiap hari raya lebaran ketupat ini kota Durenan penuh sesak dengan para pendatang dari luar kota. Puluhan ribu orang datang berduyun-duyun dengan kendaraan charteran, mobil, bus, dan yang lebih banyak lagi mereka yang bersepeda motor.
Tak pelak, setiap hari raya lebaran ketupat di Durenan, polisi lalu lintas dan pengguna jalan yang kena imbasnya. Jalan raya selebar 10 meter dan sepanjang daerah yang merayakan lebaran ketupat di Durenan itu penuh dengan kendaraan, baik yang datang menuju Durenan maupun kendaraan yang sedang parkir. Jalur yang menghubungkan kota Trenggalek dengan Tulungagung menjadi lumpuh seketika saat lebaran ketupat. Hiks...
No comments:
Post a Comment