PELAFALAN HURUF YANG KURANG SEMPURNA
Cadel ini adalah salah satu kekurangan yang ada pada diri manusia karena ketidakmampuannya dalam pelafalan huruf-huruf tertentu. Kata lain dari cadel ini antara lain cedal, pelo, pelat, dll. Sebagian besar dari kita atau bahkan nyaris semua manusia pernah mengalami fase cadel ini. Ketidakmampuan melafalkan huruf 'r' adalah bawaan dari kecil saat masih bayi. Ini lumrah dan sudah sewajarnya. Perlahan-lahan dengan kemampuan lidah untuk bergetar dengan sempurna maka pelafalan huruf 'r' pun sudah bisa didengar dengan jelas bahwa apa yang diucapkan seseorang itu adalah 'r', bukan 'l', 'y' atau yang lainnya.
Namun, ada pula cadel yang disebabkan karena kebiasaan. Kebiasaan serta bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun turut andil dalam menyebabkan cadel. Misalkan saja orang Bandung yang cadel terhadap huruf 'f' dan 'v' yang menjadi huruf 'p', dan huruf 'z' yang cenderung menjadi 'j'. Atau orang Bali yang kesulitan melafalkan huruf 't' dan 'd' dengan bersih, tanpa harus masing-masing berubah menjadi 'th' dan 'dh'. Serta orang Jepang yang tak bisa melafalkan huruf 'l' dan cenderung menggantinya dengan 'r', kata Ronaldo menjadi Ronardo. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Atau ada juga cadel yang malah keterusan dari kebiasaan orang tua yang berbicara dengan gaya cadel kepada anak. "Cini-cini mimik cucu mama yah". Sehingga anak menirunya hingga dewasa.. Hihi..
Tak sedikit dari kita yang menyadari bahwa kita termasuk sebagian kecil dari orang-orang cadel, kesusahan melafalkan sebagian huruf-huruf tertentu. Dari sebagian kecil itu, ada sebagian lagi yang merasa minder dan tak percaya diri dengan kenyataan tersebut. Merek seringkali menjadi bahan olok-olok dan canda tawa oleh sebagian orang yang 'merasa' tidak cedal.
"Laler rolas menclok ning pinggire rel sepur" (=Dua belas lalat hinggap di tepian rel kereta api) adalah salah satu kalimat yang diajarkan pada anak kecil untuk melatih pelafalan 'r' hingga mencapai taraf sempurna. Sempurna yang relatif. Kalimat ini juga yang seringkali menjadi bahan olok-olok buat orang cadel yang ditantang untuk mengucapkannya dengan sempurna, berulang-ulang. Kemudian tawa ejekan pun meledak keras saat mereka mendengar dan melihat ia sangat kesusahan dan mengalami 'terpeleset lidah' dalam mengucapkan kalimat itu.
Saya sendiri belajar untuk tidak cadel dengan mencoba menggetarkan lidah naik turun, dan menyentuh-nyentuhkan lidah berulang kali pada langit-langit rongga mulut. Ada suatu tantangan sendiri pada waktu itu. Hehehe.. Sama seperti ketika belajar menggapai telinga dengan tangan yang direntangkan tepat diatas kepala. Hihi... Dan alhamdulillah berhasil.
Ada banyak contoh mereka yang mengalami cedal tapi malah sukses menjadi seorang pembawa acara, presenter dan yang berhubungan dengan 'mulut' dan 'lidah'. Rico Ceper, Effendi Ghazali (Republik Mimpi), dll adalah sebagian dari mereka. Rico Ceper malah menjadikan kekurangan berupa cadel ini menjadi suatu daya tarik dan sifat khas yang ada pada dirinya. Tanpa melihat wajah dan bentuk fisiknya terlebih dulu, kita bisa yakin bahwa suara yang sedang kita dengar adalah berasal dari lidah seorang Rico Ceper.
Ngomong-ngomong tentang presenter, ada seorang pria presenter radio di salah satu radio swasta Surabaya. E adalah inisial namanya. Si penyiar radio ini juga cadel, tak bisa melafalkan huruf 'r'. Nah, setiap kali mendapat request by sms kan pasti ada yang namanya kirim-kirim salam dan sudah menjadi kewajiban penyiar radio untuk membacakan rekues dan kirim-kirim salam tersebut.
Sial baginya, dia malah sering mendapatkan sms kirim salam kepada mereka yang namanya mengandung 'r'. "Saya andri dari SMP Barunawati mau rekues lagu Kerispatih Bila Rasa Ini Rasamu. Salamnya buat Ari, Nora, Aris, Riko, Reva, Roni, Citra, Putri, Indra, Rani, Tari, Rere, Reza. Trims ya dah dibacakan. Jangan lupa diputar ya. Segera!". Itu hanya sebagian contohnya. Hahahahaha... Kasihan sekali saya mendengarkannya belepotan dalam membaca rekues per sms itu tadi di radio.
Nah, sekarang apakah anda pernah atau punya pengalaman pribadi tentang cadel ini? Atau bagaimana tanggapan anda. Atau malah anda sendiri yang mengalami olok-olok terhadap ke-cadel-an anda.. Yuk silahkan berbagi...!
No comments:
Post a Comment